Langsung ke konten utama

Salah Siapa?

Hal yang paling nyebelin dari bocah-bocah labil jaman sekarang adalah, tingkat ketergantungan terhadap guru les yang amat sangat tinggi. Hampir semua materi yang diajarkan disekolah, dibebankan kepada guru les untuk diajarkan dan dijelaskan kembali kepada bocah-bocah labil ini dirumah atau di tempat les-lesan.

Bahkan guru les gue sendiri, namanya Pak Anto, sampe curhat ke gue tentang masalah ini. Ada salah satu temen gue yang sekolah di SMA lain, disekolah dia Cuma main-main dan males-malesan. Begitu ada pr, dia Cuma dateng ke tempat les-lesan dan dengan santainya bilang

Pak Anto, ada pr nih. Kerjain ya, saya tungguin

Lalu dia enak-enakan main games, chatting sama pacarnya (ya, dia udah punya pacar sedangkan gue belom). Apalagi kalo dia besoknya ulangan, sehari sebelumnya dateng ke les-lesan dan bilang

Pak Anto, besok saya ulangan. Ini soal latihannya bapak yang kerjain ya, saya tunggu, nanti saya pelajari

Lalu dia main games lagi, chattingan lagi. Dan seminggu kemudian, ulangan dibagikan. Temen gue ini remidi dan dateng lagi ke les-lesan. Kali ini dia bilang

Pak Anto, saya remidi, bapak sih gak ngajarin saya materi ini

Betapa beratnya beban yang dipikul oleh seorang guru les tak berdosa, jika anak didiknya pada labil semua. Setelah Pak Anto curhat panjang lebar, gue bertanya ke guru les gue itu.

Terus, Pak Anto bilang apa ke dia?’tanya gue

Ya saya bilang, yaudah ayo belajar lagi, saya ajari dari awal’ jawab Pak Anto

Pak Anto gak marah atau emosi gitu?’ tanya gue lagi

Ya dalam hati sih bilang.....
BRAKKKKKKK
KAPOKMU KAPAN REMIDI!’ ucap Pak Anto sambil menggebrak meja.

Ng..., bisa dimulai aja lesnya pak? Ajari saya persamaaan kuadrat ya’ ucap gue berusaha menenangkan Pak Anto

Oh maaf-maaf, bentar saya ambil buku saya dulu’ ucap Pak Anto

 Kalo dipikir-pikir, jadi guru les itu gak enak banget. Bayaran sedikit, tapi bebannya amit-amit. Kalo anak didiknya gagal dalam ulangan atau ujian, pasti guru les yang disalahkan. Begitu juga dengan pr yang salah, atau tugas disekolah dan anak itu gak bisa ngerjain, ujung-ujungnya guru les lagi yang disalahkan.

Gue bukannya menyalahkan anak-anak yang punya guru les, karena gue sendiri juga punya guru les. Tapi gue mempertanyakan bagaimanakah nasib bangsa ini kedepannya jika anak-anak mudanya seperti ini? Gue memang gak pinter-pinter amat, tapi seenggaknya gue sadar akan hal itu. Gue sadar kalo kita terus-terusan kayak gini, kita gak bakalan maju. Kalo kita gak maju, berarti mundur bangsa Indonesia juga gak bakalan maju.

Atau mungkin ini karena pandangan orang-orang indonesia selalu sama, yaitu mencari siapa yang disalahkan. Kalo tadi guru les, sekarang gue ambil contoh diri gue sendiri. Banyak yang bilang ke gue kayak gini

Lo itu jomblo karena salah lo sendiri, karena lo gak bener cara pdkt ke ceweknya

Lo gak pernah punya pacar itu karena salah lo sendiri, kenapa lo ditolak mulu pas nembak?

Gak banyak cewek yang naksir sama lo, itu karena salah lo sendiri, tinggi badan kok ngirit? Belom lagi muka kayak patung asmat, ya gimana mau ada cewek yang suka

Ujung-ujungnya selalu aja salah gue, emang sampe segitunya banget ya? Padahal gue jomblo kan gak hanya karena faktor internal, faktor eksternalnya juga pasti ada kan. Ternyata emang udah attitudenya bangsa Indonesia begini, sukanya mencari siapa yang salah, bukannya mencari apa yang salah.

Contoh konkretnya, ada dikelas gue sendiri, kelas X2. Albert sang ketua kelas sering disalahkan dan dianggap gak belajar sehingga tergabung dalam kelas matrikulasi. Padahal sebenernya, Albert ikut matrikulasi gara-gara lagi liburan (tapi jujur, alasan ini kurang meyakinkan).

Lalu ada yang menyalahkan si Michael, bocah perantauan dari Nabire, dia dianggap rese dan pengganggu dikelas. Tapi sebenernya, Michael belom bisa beradaptasi dengan situasi di Surabaya, yang jelas berbeda jauh dengan Nabire.

Dan yang paling parah, Max dianggap lebih menganggu dikelas dan lebih rese daripada Michael. Max selalu disalahkan dan banyak yang gak tau kalo sebenernya Max itu anak yang kesepian. Dia butuh belaian dan pelukan hangat, sehingga dia menjadi annoying demi mendapatkan perhatian.

Albert, Michael, dan Max adalah contoh korban dari attitude bangsa Indonesia yang salah. Mereka menjadi target sasaran yang disalahkan, padahal kesalahan gak sepenuhnya dari mereka (kok jadi ruwet ya? :v)

Eniwei, gue sempet takut menjadi korban salah attitude ini. Semua berawal dari chatting di grup Line, waktu itu wali kelas gue bilang

Wah, Gabriel Patrick ini ngefans sama guru Fisika ya? Sampe ditulis di blog segala. Apalagi saya juga ditulis disitu

Saat itu juga gue langsung shock. Gue takut kalo guru-guru yang gue tulis di blog ini membaca, lalu mereka pikir gue mencemarkan nama baik mereka. Lalu gue disalahkan dan diberi SP(surat perkawinan peringatan)

 Jantung gue serasa mau copot, dan gak lama lagi gue bakal mati. Anjir amit-amit, gue gak mau mati sekarang. Akhirnya gue mencoba menenangkan diri, dan melihat sisi baiknya. Seenggaknya popularitas gue sebagai penulis blog bertambah *ketawasetan*

Jadi intinya, semua orang harus merubah sikapnya masing-masing. Seperti yang ilmu sosiologi ajarkan, kita jangan menjustifikasi suatu kejadian itu baik atau buruk, tapi kita harus mencari apa yang salah, lalu kita membenarkannya.

Menjadi jomblo juga seperti itu. Kita berusaha mencari apa yang salah, tapi sialnya, kita gak tau bagaimana membenarkannya.

Akhirnya, kaum jomblo galau lagi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dibalik Ruang Detensi

Sekolah gue menerapkan sebuah peraturan baru, yang katanya diadaptasi dari film Spider-Man : Homecoming . Peraturan tersebut bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para pelanggar. Jadi di sekolah gue, ada sebuah ruangan baru. Ruangan tersebut diberi nama Detention Room (Ruang Detensi). Jadi semua pelanggar, apapun jenis pelanggarannya, bakal dimasukkan ke ruangan itu selama sehari. Jadi mereka gak bisa bareng temen-temen kelas mereka, dan jam istirahatnya pun dipisah. Mereka akan belajar sendiri di ruangan itu, dan guru hanya memberikan tugas. Awalnya gue gak peduli dengan kebijakan baru ini. Toh gue juga gak pernah melanggar aturan sekolah. Hal itu gue pegang teguh, sampe suatu ketika, temen gue dari kelas lain ada yang salah seragam, dan otomatis dia harus masuk ke ruangan ajaib itu. Karena gue dan dia satu antarjemput, ketika pulang sekolah dia membagikan pengalamannya berada di ruangan detensi. “ Gimana di ruang detensi? ” tanya gue. “ Asyik cuy, banyak temenny...

GURU MAGANG TERSAYANG

GURU MAGANG TERSAYANG SEBAGIAN besar guru-guru senior di sebuah sekolah, identik dengan galak, kasar, suka marah, suka mukul penggaris, suka lempar sepatu, suka lempar kutang (lho?). Intinya, banyak murid-murid sekolahan yang gak suka sama guru senior. Dikit-dikit dimarahin, dikit-dikit dipukul, dikit-dikit dibunuh dihukum. Suasana belajar mengajar pun jadi tidak nyaman. Tapi kenapa guru senior itu masih dipekerjakan di sekolah? Jawabannya sederhana. Guru-guru senior memiliki pengalaman mengajar yang sudah mumpuni, jadi diharapkan guru senior ini bisa meningkatkan hasil belajar murid-murid. Tapi dijaman sekarang ini, sekolah-sekolah sudah memiliki solusi selain memberdayakan guru-guru senior, yaitu dengan memperkerjakan calon guru. Istilah beken nya guru magang. Calon-calon guru ini dipekerjakan agar memiliki jam terbang dalam mengajar. Biasanya guru-guru magang ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa kuliahan yang baru aja lulus. Itu artinya, guru-guru ini usianya gak beda jauh...

Suka Duka Kelas 12

Menjadi siswa kelas 6, 9, dan 12 itu seperti impian sejuta pelajar di Indonesia. Pas SD pengen cepet-cepet kelas 6 biar bisa ikut acara perpisahan ke luar kota. Pas SMP pengen cepet-cepet kelas 9 biar bisa liburan lebih lama. Pas SMA pengen cepet-cepet kelas 12 biar bisa liburan sendiri bareng temen-temen karena udah bisa nyetir mobil secara legal. Banyak orang menginginkan berada pada suatu tingkat tertentu, tetapi mereka gak tau bahwa beban yang harus dipikul sangatlah berat demi berada pada tingkatan tersebut. Setelah UNBK tingkat SMA selesai beberapa waktu lalu, beberapa adik kelas yang gue kenal bilang ke gue, “ Enak ya kak, udah bebas. Liburnya juga lama banget. Jadi pengen cepet-cepet kelas 12 juga deh. ” Ya, kalo dipikir-pikir, bener juga sih. Kita libur mulai dari April-Juli. Bahkan ada beberapa kampus yang memulai kegiatan kuliah di bulan Agustus. Tapi, mari kita jabarkan satu per satu, hal-hal yang harus dilakukan ketika kamu berada di kelas 12. Yang pertama ...