Ada pepatah yang mengatakan “Setiap rumah punya penghuninya masing-masing.” Gue percaya itu.
Tapi menurut gue, ada pepatah serupa yang lebih tepat. “Setiap rumah punya pembantunya masing-masing.” Selama 17 tahun gue
hidup, udah banyak pembantu silih berganti yang bekerja dirumah gue. Tua, muda,
Cantik, Jelek, Janda, Single, hampir
semua jenis pembantu pernah kerja dirumah gue. Dan tiap-tiap pembantu itu,
punya pengalaman uniknya masing-masing.
Dulu pernah ada dua orang pembantu yang kerja di rumah
gue. Anggep aja namanya Mawar dan Melati. Si Mawar ini lebih tua sepuluh tahun
daripada si Melati. Kabarnya sih Melati ini keponakan si Mawar. Sampai suatu
ketika, si Mawar ini jatuh cinta dengan seorang Satpam. Sumpah, udah kayak
sinetron banget.
Tapi gue gak bohong. Ini beneran terjadi. Sejak saat itu
Mawar selalu keluar dari rumah gue waktu sore-sore, untuk mengunjungi si Satpam.
Waktu itu adek gue masih kecil, jadi dengan alasan membawa adik gue jalan-jalan
di luar rumah, Mawar bisa ngapel ke pos Satpam di depan perumahan gue.
Pada jaman itu, udah menjadi hal yang biasa anak-anak
bermain keluar rumah saat sore hari. Berbeda dengan sekarang yang isinya main gadget mulu. Karena adek gue ada dua,
maka Melati pun ikut keluar rumah. Melati ikut nemenin Mawar ngapel ke pos
Satpam sambil membawa adek gue. Kadang sambil nyuapin bubur balita sih.
Karena hampir setiap hari bertemu dan ngobrol dengan
Satpam itu, lama kelamaan Melati juga jatuh cinta dengannya. Kalian boleh
ketawa sekarang, karena jujur, ini udah beneran mirip sinetron. Mawar yang
duluan mendekati si Satpam pun akhirnya gak terima. Terjadilah pertengkaran
antara bibi dan ponakan hanya karena rebutan hati si Satpam. Keadaan menjadi
kacau, kerja mereka juga kacau.
Warga di perumahan gue jadi resah karena Satpamnya kerja
gak bener. Akhirnya mereka sepakat untuk memberhentikan satpam itu, dan nyokap
gue memutuskan untuk memberhentikan Mawar dan Melati juga. Sejak saat itu,
perumahan gue gak pernah lagi pake Satpam, dan jarang ada anak-anak yang main
keluar waktu sore hari. Pos satpam yang ada di ujung gang pun sempat beberapa tahun
kosong, hingga akhirnya pada Tahun 2013 kemaren dirubuhkan.
Seperti yang gue bilang tadi, setiap rumah punya
pembantunya masing-masing. Karena Mawar-Melati udah pergi, maka datanglah Wati.
Menurut gue, Wati ini pembantu terbaik
yang pernah kerja di rumah gue. Orangnya suka kebersihan banget, cocok sama
nyokap gue. Wati juga lumayan pintar, dia bisa ngajarin adek gue berhitung dan
membaca, karena waktu itu adek gue udah masuk TK.
Satu hal yang paling gue suka dari Wati adalah, dia
selalu menawarkan gue Mie Instan setiap Sabtu sore. Kenapa harus Sabtu sore? Karena
saat Sabtu sorelah, gak ada orang lain dirumah selain gue dan Wati. Sebenernya gue
gak dibolehin makan mie instan gitu, tapi karena gak ada orang, Wati berbaik
hati menawarkan gue.
“Hari ini mau yang
rasa apa ko?” tanya Wati.
“Mie goreng yang
biasa aja mbak.” jawab gue.
Tapi Wati hanya bertahan selama 4 tahun. Dia memutuskan
untuk menikah, dan akhirnya berhenti kerja di rumah gue. Dan satu hal yang gue
pikirkan sewaktu mendengar bahwa Wati akan berhenti kerja di rumah gue adalah, “Siapa yang bakal bikinin gue mie instan?”
Setelah kepergian Wati, datanglah Anggrek dan Tulip. Mereka
memang gak sebagus Wati kerjanya, tetapi gue suka kebaikan hati mereka. Waktu itu
gue masih kelas 9 SMP, dan saat itu gue sering banget pulang pagi untuk
persiapan ujian. Nah ketika gue pulang, biasanya gue langsung duduk di meja
belajar sambil ngerjain soal di buku latihan UN gitu.
“Ko, hari ini mau
Bakso atau Soto?” tanya Anggrek.
“Wah mbak, hari ini
gausah deh. Lagi gak ada duit.” jawab gue.
“Loh gapapa ko,
pake duit kita aja.” ucap Tulip.
“Yaudah bakso aja
mbak.” jawab gue.
Gila! Pertama kalinya dalam sejarah perpembantuan, ada pembantu yang bayarin majikannya. Gue seneng
banget, sampai suatu ketika, Anggrek dan Tulip berulah. Anggrek mencuri duit
nyokap gue, dan Tulip pacaran sama supir Antar Jemput gue, dan gosipnya Tulip
ini hamil. Entah sampai kapan gue harus menyaksikan sinetron secara live begini. Dan gue jadi tau, kenapa
tiap hari gue ditraktir bakso.
Kapok memakai dua pembantu, nyokap gue pun kali ini mencari
seorang pembantu. Sebut aja namanya Seruni. Dia kerjanya gak bagus-bagus amat,
sering dikomplain sama nyokap. Tapi dia orangnya penyayang hewan. Waktu itu ada
kucing liar masuk ke rumah gue, warnanya abu-abu. Seruni tau kalo nyokap gue
gak suka kucing, jadi dia sembunyiin kucing itu di kamarnya yang ada di lantai
dua.
Gue sempet merekam kucing ini dan gue upload ke Snapchat.
Dan waktu itu ada seorang temen gue yang menanyakan siapa nama kucing itu. Gue menjawab
gak tau karena kucing itu kucing liar, dan gue gak peduli dengan namanya sama
sekali. Sampe akhirnya temen gue itu bilang,
“Boleh gue kasih
nama gak?”
“Yaudah deh boleh,
mau dikasih nama apa?” tanya gue.
“Ello aja.”
jawab dia.
“Ello??” tanya
gue.
“Iya Ello, Kenapa?
Jelek yah?” tanya dia lagi.
“Ello kan nama
artis.” Jawab gue.
“Wah gue gak tau.”
Ucap dia.
Sejak saat itu, kucing belang abu-abu di rumah gue itu
gue kasih nama Ello. Namun sayang, Ello Cuma bertahan setahun di rumah gue. Dia
diusir nyokap dari rumah, dan kalian tau apa alasannya? Ya, dia berak diatas keset. Dan nyokap udah
melarang keras, gak ada satupun kucing yang boleh masuk ke rumah gue.
Dari semua pengalaman kocak ini, gue jadi sadar bahwa ada
satu lagi pepatah yang sesuai. “Setiap
hati punya pemiliknya masing-masing.” Gue menyadari ini ketika menghadiri
acara Ulang Tahunnya Arva, sahabat gue. Acaranya semacam barbequean gitu. Di acara ini temen-temen gue ngajak gebetan mereka
masing-masing. Dan sialnya, pacar gue gak bisa ikutan.
Gue yang lagi sendirian saat itu, melihat wajah bahagia
sahabat-sahabat gue. Gue coba membandingkan keadaan mereka setahun yang lalu.
Mereka semua masih jomblo, begitu juga gue. Dulu kita hangout berlima, rame-ramean bareng, seru-seruan bareng, bikin onar
bareng-bareng. Dulu gue selalu gak terima dengan keadaan. Karena gue selalu
gagal ketika mendekati cewek. Tapi sebenernya, kita hanya perlu menunggu waktu
yang tepat.
Gue yang sejak SMP selalu gagal mendapatkan cewek,
akhirnya berhasil mendapatkan seorang cewek juga. Arva yang bingung dengan
banyaknya pilihan, akhirnya berani untuk memilih. Putra yang kebingungan karena
saking populernya dia, akhirnya menentukan pilihannya juga. Lius yang dulu
kerjaannya mencari jawaban Matematika mulu, sekarang sudah menemukan seorang
cewek. Yugi yang sempat ditolak waktu SMP, sekarang udah punya gebetan juga.
Vincent yang dulunya malu-malu pun sekarang udah punya seseorang yang mengisi
hatinya.
Pada saat yang tepat, akan datang orang tepat pula. Begitu
juga dengan sahabat-sahabat gue, yang sekarang udah menemukan orang yang tepat
untuk mengisi hati mereka masing-masing. Malam itu menjadi malam yang paling
indah buat gue, walaupun pacar gue gak ada disamping gue. Semua orang yang
menghadiri acara ulang tahun Arva terlihat bahagia.
Dan melihat sahabat-sahabat gue bahagia, gue juga ikutan bahagia.
nice pos. di tunggu kunjungannya di blog saya. salam kenal
BalasHapus