Kali ini gue mau
curhat masalah transportasi online di
Indonesia. Kalo kalian lihat di media sosial akhir-akhir ini, banyak banget
kasus pelecehan yang terjadi dan pelakunya adalah mitra kerja transportasi online. Walaupun jaman sekarang pihak
manapun selalu menggunakan istilah oknum, karena tidak semua mitra transportasi
online melakukan tindak pelecehan
itu. Tapi malah istilah oknum itu sendiri sering digunakan sebagai tembok dari
pihak-pihak yang salah satu mitra kerjanya melakukan kejahatan.
Seperti yang gue baca
di berbagai platform media sosial,
cerita yang gue dapet adalah ada seorang cewek yang dilecehkan saat menggunakan
jasa taksi online. Miris banget
ngeliat hal ini terjadi, karena pelecehan bisa terjadi dimana-mana dan kapan
aja. Ironisnya, pihak terkait malah memutuskan untuk melakukan mediasi antara
pelaku dan korban, padahal seharusnya pihak terkait langsung memberikan sanksi yang
tegas kepada pelaku.
Gue gak tau peraturan
apa aja yang berlaku bagi seluruh mitra kerja transportasi online itu, tapi seharusnya ada sanksi tegas jika ada mitra
kerjanya yang melakukan tindak kejahatan, apalagi pelecehan. Dan seharusnya
pula, pihak transportasi online itu
melakukan seleksi ketat saat penerimaan mitra kerja. Jadi semua mitra kerja
yang dipilih benar-benar berkualitas, baik secara kinerja dan moral.
Gue juga ada cerita
dari orang yang gue kenal, ceritanya ini asli dan gak gue buat-buat sedikitpun.
Cerita pertama dari pacar gue sendiri. Jadi waktu itu, pacar gue ini lagi order
taksi online. Tapi secara gak sengaja,
pacar gue salah pencet lokasi tujuan. Jadinya dia cancel orderan itu, karena mau diganti dengan lokasi tujuan yang
sebenarnya.
Trus, gak tau kenapa drivernya ini tidak terima dicancel. Nomor pacar gue pun dimasukkan
di sebuah grup whatsapp, dan di grup
itu isinya adalah semua pengguna transportasi online yang pernah cancel
orderan. Selain itu, anggota dari grup itu berisi para driver yang membentuk sebuah kelompok, dan tujuan mereka adalah
untuk balas dendam karena tidak terima udah dicancel.
Di satu sisi, gue
paham kekesalan para driver. Mereka
menjadikan transportasi online ini
sebagai profesi utama untuk menghidupi keluarganya. Mereka juga udah bela-belain
pergi jauh ke tempat orang yang order,
eh malah dicancel. Tapi disisi lain,
gue menyayangkan tindakan mereka yang tidak didasari oleh logika berpikir, tapi
hanya didasari oleh emosi semata. Seharusnya mereka berpikir terlebih dahulu,
kenapa orderannya dicancel. Marah boleh-boleh saja, tapi
jika sampai mengancam penumpang yang memiliki alasan tertentu untuk mengcancel sebuah orderan, tindakan tersebut sangatlah tidak etis.
Pacar gue ketakutan
setengah mati waktu itu. Karena para driver
di grup itu mengancam akan mendatangi rumah penumpang satu per satu, karena
mereka udah tau alamatnya masing-masing. Akhirnya gue menyarankan untuk
melaporkan hal ini ke pihak kepolisian. Oleh pihak kepolisian kasus ini sudah
diusut sampai tuntas. Pelaku sudah minta maaf ke pacar gue melalui chat whatsapp. Walaupun begitu, kata
maaf dari pelaku tidak dapat menghilangkan ketakutan pacar gue. Bahkan dia
sampe bikin akun baru dan mengganti namanya di sebuah aplikasi transportasi online, jaga-jaga kalo aja nanti terjadi
hal yang kayak gini lagi.
Lalu kejadian yang
kedua, dialami oleh adek gue sendiri. Dia masih duduk bangku SMP, kelas 8.
Suatu hari dia bersama temen-temennya, mau berangkat bareng ke mall. Mereka mau naik taksi online dan adek gue yang order. Dan secara gak sengaja pula, adek
gue salah pencet lokasi tujuan. Akhirnya dicancel
pula orderan tersebut.
Beberapa menit
kemudian, driver ini datang ke rumah
gue. Dia marah-marah tidak terima kalo dicancel.
Adek gue walaupun masih kelas 8 SMP, dia orangnya tergolong berani. Badannya juga
termasuk yang paling tinggi jika dibandingkan dengan teman seusianya. Adek gue
ini udah ngejelasin kenapa dia cancel
orderan dan minta maaf. Tapi driver
tersebut tetap tidak terima dan masih marah-marah.
Gue yang ngeliat itu
semua Cuma diem nungguin di depan pintu. Gue takutnya bapak driver tersebut naik darah lalu berbuat
kasar sama adek gue, apalagi disana juga ada temen-temennya adek gue. Gue diem
bukan karena pengecut atau penakut. Tapi gue punya prinsip gue harus tunggu
orang lain yang nyerang gue dulu, baru dah gue habisin tuh orang.
Jujur gue emosi
ngeliat tingkah driver kayak gini. Jadinya
gue Cuma nungguin sekalian ngawasin kalo aja driver itu berbuat yang tidak diinginkan. Untungnya gang di rumah
gue cukup ramai. Suara aktivitas tetangga sebelah terdengar sampai rumah gue.
Mungkin karena takut digebuk warga gara-gara beraninya marahin bocah, driver emosian itu akhirnya pergi.
Nah, dari dua
kejadian itu gue bingung kenapa pihak transportasi online membuat kebijakan pengurangan poin jika ada orderan yang dicancel. Padahal alasan kami sebagai pengguna transportasi online mengcancel orderan juga masih
masuk akal. Mayoritas alasan kami adalah salah pencet lokasi tujuan.
Kritik yang baik
adalah kritik yang membangun. Artinya kritik tersebut harus disertai dengan
solusi. Karena gue udah mengkritik pihak hijau-hijau daritadi (ya kalian tau
lah pihak hijau-hijau itu yang mana aja), maka gue akan memberikan solusi
menurut pendapat gue sendiri.
Yang pertama,
memperbaiki sistem maps dalam
aplikasi. Ya karena seringkali kami kesulitan untuk menemukan alamat yang kami
inginkan sehingga kesalahan pencet lokasi tujuan sangat sering terjadi.
Yang kedua, langsung
berikan sanksi yang tegas jika ada mitra kerja yang melakukan tindakan
kejahatan. Apalagi jika tindak kejahatan itu adalah pelecehan terhadap wanita. Bukan
malah mengajukan mediasi antara korban dengan pelaku.
Yang ketiga, tolong
hilangkan sistem pengurangan poin ketika orderan
dicancel. Hal ini membuat para driver jadi mudah emosi ketika orderannya dicancel. Tanpa mereka ketahui bahwa alasan kami mengcancel orderan bukanlah keisengan belaka, namun kesalahan pencet lokasi
tujuan.
Memang gue akui gak
semua driver kayak gitu. Hanya sebagian
driver yang bertindak tidak
semestinya. Tapi mau sampai kapan pihak transportasi online ini berlindung dibalik dinding kata oknum?
Dengan segala hormat
saya mohon kepada pihak transportasi online
yang berwarna hijau-hijau itu, dengarkan
curhatan dan saran dari saya ini. Bayangkan jika yang diperlakukan seperti itu
adalah keluarga anda, teman anda atau mungkin pacar anda, apa anda mau?
Komentar
Posting Komentar