Langsung ke konten utama

Kambing Ganteng Comeback!


Belongs to kak Patrick,” ucap Barista itu sambil setengah berteriak.

“Oh iya,” balas gue yang baru saja terbuyarkan dari lamunan.

Sore itu, gue memutuskan untuk nongkrong sebentar di salah satu kedai kopi ternama yang kebetulan baru buka gak jauh dari rumah. Gue baru saja menggarap film pendek untuk tugas UAS bersama teman-teman di kampus. Itu adalah hari Minggu, sehari sebelum libur lebaran 2019 usai. Kedai kopi yang biasanya ramai kali ini tampak lebih lengang dan santai. Niat gue sore itu hanya satu, mengerjakan tugas mata kuliah filsafat agama yang belum tersentuh sejak diumumkan oleh dosen.

Ada satu meja kosong di ujung, dilengkapi dua kursi dan yang paling penting ada colokan. Gue duduk lalu mengeluarkan laptop. Sembari menunggu loading Windows selesai, gue melihat ke sekitar kedai. Gila, gak nyangka waktu berjalan cepat. Ini udah 2019, empat tahun sejak pertama kali gue menulis kegelisahan gue lewat blog. Dulu gue mengawali menulis blog dengan membawa keresahan seorang siswa smp yang susah dapet pacar. Dan sekarang, gue membawa keresahan seorang mahasiswa yang susah mempertahankan hubungan. Mantan gue ada tiga, rupa-rupa warnanya.

Setelah laptop gue siap, gue membuka ms word. Setengah jam kemudian, gue buntu. Gue emang gak terlalu paham filsafat, apalagi masalah Agama. Gue pun kembali melihat ke sekitar kedai. Ada yang pacaran, ada yang bawa anak istri. Lalu gue kembali melihat ke laptop, “Udah lama juga ya ga nulis blog,” ucap gue dalam hati.

Jujur gue gak tau kali ini mau bahas apa. Mungkin bahas topik yang sering gue bahas dulu aja kali ya. Single. Karena kebanyakan nonton film, baca novel, dan cerita-cerita romance yang menceritakan tentang si tokoh yang gagal jadian hanya karena gak berani ngomong, gue menjadi orang yang sering banget nembak cewek. Alasannya hanya satu. Gue gak mau jodoh gue lewat gitu aja hanya karena gue gak berani ngomong. Padahal, belum tentu juga itu jodoh gue yak.

Gue menjadi sosok laki-laki yang takut banget menjadi single. Gue selalu memaksakan diri untuk cari pacar. Hasilnya? Jumlah mantan gue bertambah. Galau gue nambah. Dan asam lambung gue nambah hanya karena tiap galau selalu minum kopi di atap rumah sambil ngeliatin senja dan nulis kata-kata puitis. Sampai akhirnya gue mikir, sebenernya gue maunya apa sih.

Ketika ga punya pacar, gue pengen punya pacar. Pas udah punya pacar, pengen balik jadi single karena pacaran itu gak bebas. Untungnya, gue mendapatkan mata kuliah etika di kampus. Disitu diajarkan apa sebenarnya tujuan pacaran. Sejatinya, pacaran itu masa persiapan untuk menikah. Tetapi sering disalah artikan sebagai ajang coba-coba sebelum nikah. Hidup gak ada yang coba-coba, karena hidup gak sebercanda itu. Gak percaya? Coba deh lompat dari atap apartemen.

Eh, yang barusan becanda deng, hehehe. Nah kan, ini mulai gak jelas. Toh dari awal gue gak ada niatan buat nulis ini. Jika diingat-ingat lagi, awal mula gue nulis ini Cuma mau nyatain perasaan gue ke cewek yang gue suka pas smp. Dia adik kelas tapi populer banget karena kecantikannya, sedangkan gue hanya jarum ditumpukan jerami. Ada tapi gak keliatan. Bahkan nih, beberapa tahun kemudian, adek gue masuk ke smp yang sama. Nyokap gue nanya ke guru-guru disana, inget gak sama gue. Gak ada satupun yang inget. Sedih kan.

Tapi karena gue ditolak sama cewek cakep nan populer itu, akhirnya blog gue ini jadi sarana curhat. Curhat karena gue ditolak, atau bahkan nulis curhatan temen gue yang masih dalam ranah percintaan anak smp. Sewaktu sma, blog ini beralih fungsi menjadi ajang gue berkomedi.

Sampe akhirnya gue dapet pacar waktu sma, gue jadi sulit untuk berkomedi. Ternyata bener, bahagia itu membuat kita susah untuk produktif. Karena sebuah karya akan bagus jika mewakili keresahan. Lah ini gue lagi bahagia-bahagianya jadi gabisa nulis apa-apa. Blog ini pun hiatus cukup lama.   

Kepala gue pegel nulis segini panjang. Seharusnya tugas UAS gue yang sepanjang ini, bukan tulisan blog yang gak jelas ini. Hari semakin larut, kedai pun kian ramai. Suara desis mesin kopi makin terdengar, gue melihat barista yang sibuk membuat kopi. “Cantik juga..” ucap gue refleks. Oke-oke, fokus.

Dengan segala pengalaman yang gue punya saat ini, gue memandang hubungan (khususnya pacaran) dari sudut yang berbeda. Dulu gue ngebet banget pacaran karena takut ga dapet jodoh sampe akhirnya jadi jomblo abadi. Sekarang, gue menggeser fokus menjadi bagaimana gue bisa berdampak positif bagi sesama. Asik gak tuh?

Toh gue masih 19 tahun. Di Indonesia banyak kok yang menikah diatas 30 tahun, dan itu sah-sah aja. Jadi sekarang gue selow aja masalah jodoh, kalo ga dapet yaudah. Tutorial bunuh diri ada banyak kan ya?

Becanda cuy, indomie masih enak, gue gak mau mati dulu hahaha. Untuk saat ini, gue berusaha biar lulus kuliah tepat waktu. Bukan karena rajin, tapi kasian aja ortu gue bayarin kuliah yang mahalnya bujug buset. Gue pengen cepet kerja. Cita-cita gue saat ini jadi jurnalis. Sebagai cadangan, gue juga udah mempersiapkan. Ternak lele sepertinya menarik.

Beberapa hari sebelumnya, gue sempet nonton film Single part 2. Secara kebetulan, disebelah gue ada adek kelas pas sma. Dia setahun dibawah gue dan dulu pernah satu tim futsal sekolah. Menariknya, kali ini dia menggandeng seorang cewek. Iya, itu pacarnya. Lalu dia bertanya ke gue. “Masih sama si “itu”? tanya dia sambil nyebut nama mantan gue. “Udah enggak,” jawab gue singkat.

“Lah kenapa?” tanya dia lagi. Iseng, gue pun menakut-nakuti dia. “Kalo udah kuliah jalan pikir lo udah beda bro. Yang gue pikirin sekarang gimana caranya bisa cari duit. Mungkin sekarang lo masih asyik-asyikan pacaran. Gapapa, nikmatin dulu aja. Nanti juga lo akan tau dan paham kata-kata gue,” jawab gue sambil tersenyum setan.

Dia mengangguk lalu langsung mengajak pacarnya itu ngobrol. Gue ketawa dalam hati. Yaelah, gue aja belom punya kerjaan udah sok-sokan gitu. Tapi yaudah lah, prinsip gue jadilah single yang bermartabat. Harus tetap berkelas walaupun liat orang pacaran bawaan nya berusaha ikhlas.

Dari film itu, gue belajar bahwa hidup itu tidak selamanya sesuai rencana. Kita mungkin bisa merencanakan sesuatu sampai sedetail mungkin, tapi percayalah, yang terjadi tidak akan pernah 100% mirip. Jadi, hidup jangan dibikin susah. Bawa santai, seperti kau di pantai.

Gue kembali menyeruput kopi yang udah gue diemin cukup lama. “Anjirr.. udah sepanjang ini,” ucap gue sambil terheran-heran. Gue membuka kembali tugas UAS tadi, baru satu paragraf. Ah bodo amat, gue lanjut nulis aja.

Nah, sampe mana tadi? Sebenernya gue bahas apa sih dari tadi, gak paham sumpah. Yaudahlah. Intinya, sama seperti kata-kata mbak barista cakep itu tadi. Hidup ini Tuhan yang ngasih, kita yang ngejalanin. Jadi, jalanin aja. Sama seperti kopi yang kita beli di kedai kopi. Itu punya kita, dan kita berhak mau langsung diminum atau di diemin dulu.

Hidup pun juga begitu. Kita bisa menjalaninya dengan susah, atau dibawa santai aja. Ya, namanya juga hidup. Udah ya, panjang banget nih. Semoga kedepannya gue bisa nulis lagi kayak ini dan sepanjang ini. Terima kasih sudah membaca sampai akhir. I love you 2400 (ada cashback 20% hehehe, peace!)   

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dibalik Ruang Detensi

Sekolah gue menerapkan sebuah peraturan baru, yang katanya diadaptasi dari film Spider-Man : Homecoming . Peraturan tersebut bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para pelanggar. Jadi di sekolah gue, ada sebuah ruangan baru. Ruangan tersebut diberi nama Detention Room (Ruang Detensi). Jadi semua pelanggar, apapun jenis pelanggarannya, bakal dimasukkan ke ruangan itu selama sehari. Jadi mereka gak bisa bareng temen-temen kelas mereka, dan jam istirahatnya pun dipisah. Mereka akan belajar sendiri di ruangan itu, dan guru hanya memberikan tugas. Awalnya gue gak peduli dengan kebijakan baru ini. Toh gue juga gak pernah melanggar aturan sekolah. Hal itu gue pegang teguh, sampe suatu ketika, temen gue dari kelas lain ada yang salah seragam, dan otomatis dia harus masuk ke ruangan ajaib itu. Karena gue dan dia satu antarjemput, ketika pulang sekolah dia membagikan pengalamannya berada di ruangan detensi. “ Gimana di ruang detensi? ” tanya gue. “ Asyik cuy, banyak temenny...

GURU MAGANG TERSAYANG

GURU MAGANG TERSAYANG SEBAGIAN besar guru-guru senior di sebuah sekolah, identik dengan galak, kasar, suka marah, suka mukul penggaris, suka lempar sepatu, suka lempar kutang (lho?). Intinya, banyak murid-murid sekolahan yang gak suka sama guru senior. Dikit-dikit dimarahin, dikit-dikit dipukul, dikit-dikit dibunuh dihukum. Suasana belajar mengajar pun jadi tidak nyaman. Tapi kenapa guru senior itu masih dipekerjakan di sekolah? Jawabannya sederhana. Guru-guru senior memiliki pengalaman mengajar yang sudah mumpuni, jadi diharapkan guru senior ini bisa meningkatkan hasil belajar murid-murid. Tapi dijaman sekarang ini, sekolah-sekolah sudah memiliki solusi selain memberdayakan guru-guru senior, yaitu dengan memperkerjakan calon guru. Istilah beken nya guru magang. Calon-calon guru ini dipekerjakan agar memiliki jam terbang dalam mengajar. Biasanya guru-guru magang ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa kuliahan yang baru aja lulus. Itu artinya, guru-guru ini usianya gak beda jauh...

Suka Duka Kelas 12

Menjadi siswa kelas 6, 9, dan 12 itu seperti impian sejuta pelajar di Indonesia. Pas SD pengen cepet-cepet kelas 6 biar bisa ikut acara perpisahan ke luar kota. Pas SMP pengen cepet-cepet kelas 9 biar bisa liburan lebih lama. Pas SMA pengen cepet-cepet kelas 12 biar bisa liburan sendiri bareng temen-temen karena udah bisa nyetir mobil secara legal. Banyak orang menginginkan berada pada suatu tingkat tertentu, tetapi mereka gak tau bahwa beban yang harus dipikul sangatlah berat demi berada pada tingkatan tersebut. Setelah UNBK tingkat SMA selesai beberapa waktu lalu, beberapa adik kelas yang gue kenal bilang ke gue, “ Enak ya kak, udah bebas. Liburnya juga lama banget. Jadi pengen cepet-cepet kelas 12 juga deh. ” Ya, kalo dipikir-pikir, bener juga sih. Kita libur mulai dari April-Juli. Bahkan ada beberapa kampus yang memulai kegiatan kuliah di bulan Agustus. Tapi, mari kita jabarkan satu per satu, hal-hal yang harus dilakukan ketika kamu berada di kelas 12. Yang pertama ...