Langsung ke konten utama

Berhenti Mengenang, Mulai Bertualang

 

Lima tahun. Lima tahun sejak pertama kali gue menulis di blog ini. Ada banyak cerita, tawa, bahkan tangis dan air mata, berjalan begitu saja. Gue sadar, sekarang gue sudah berubah. Berawal dari bocah cengeng dan cupu, apa-apa harus diceritain lewat blog mulu. Hingga saat ini, bocah itu sudah tumbuh menjadi lebih dewasa. Dia sadar, bahwa gak semua yang dirasakan, perlu untuk dibahasakan.

Tahun 2020, memang penuh dengan kejutan. Siapa yang menyangka, keluh kesah kita dulu, soal lelah harus bolak-balik rumah dan sekolah, capek bangun pagi demi absen terisi, bingung pake outfit apa pas kuliah, hingga setiap kelas ngantuk bawaannya pengen rebahan, sekarang... semua itu kejadian.

Lihat, mengerjakan semuanya dari rumah, sudah bukan jadi angan-angan belaka. Platform video confrence sejatinya sudah ada sejak beberapa tahun belakangan, tapi karena pandemi, semuanya menjadi naik daun.

Selama ini kita selalu sibuk dengan rutinitas masing-masing. Sebagai orang yang tinggal di kota besar, gue merasakan bahwa selama ini yang menyita waktu gue adalah perjalanan. Macet selalu ada di mana-mana, apalagi kalo kita berangkatnya mepet. Buru-buru menjadi satu pelarian yang selalu kita tuju.

Sekarang, waktu menjadi lebih fleksibel. Kelas terpagi gue di kampus adalah 7.30. Biasanya gue harus bangun maksimal jam 6.00, lebih dari itu lebih baik bolos aja. Sejak kuliah daring, gue bahkan bisa bangun sesuai dengan jam kelas. Tinggal buka mata, nyalain laptop, login google meet atau zoom, matikan kamera dan microphone, urusan beres. Tidur lagi pun bisa menjadi opsi, asal tidak ketahuan dosen supaya presensi tetap terisi.

Tapi, ada pula hal ngeselinnya. Pertama, gue bukan anak interior atau arsitek, tapi yang gue tau, rumah yang gue tinggalin sekarang tidak didesain memiliki private space. Artinya, kalo mau kelas daring, rapat, atau apapun itu, harus di kamar. Gue juga bukan orang kaya, yang satu orang punya satu kamar. Gue harus berbagi kamar dengan adik, sehingga kamar tidak 100 persen menjadi ruang privat.

Belum lagi teriakan mama, suara mas-mas pengantar paket, suara mas-mas gofood atau grabfood. Ada pula suara motor lewat, anjing tetangga menggonggong, dan masih banyak lagi distraksi lainnya.

Tidak hanya itu, masalah koneksi internet hingga sambungan listrik yang suka ngeprank, menjadi salah satu dampak pembelajaran daring yang perlu dievaluasi. Karena tidak semua dianugerahi kemampuan finansial yang sama. Tidak semua memiliki provider internet yang lancar, tidak semua memiliki gadget dengan kemampuan mumpuni. Sangat tidak adil, jika mereka yang punya semua fasilitas, bisa menjalani kelas dengan bebas lepas, sedangkan mereka yang tak punya harus berjuang lebih keras.

Mau gimana lagi, pandemi ini sudah terjadi. Tak ada yang tau, kapan dan seperti apa ujung pandemi ini. Dengan banyaknya waktu yang gue punya sekarang, gue jadi lebih sering berpikir. Berandai-andai jika semua ini tak pernah terjadi, bagaimana hidup kita saat ini?

Kenangan demi kenangan pun muncul. Membuat gue semakin ingin dunia kembali seperti sedia kala. Tapi, semua yang terjadi pasti ada alasannya kan. Hidup ini adalah soal perpindahan. Sudah saatnya kita berhenti mengenang, dan mulai bertualang.

Gue, berterima kasih buat kalian yang pernah baca blog ini dari 2015. Atau mungkin kalian pembaca baru, intinya terima kasih. Tanpa blog ini, gue gak akan menjadi pribadi yang seperti ini. Sebentar lagi 2021 datang, awal dekade baru yang penuh dengan harapan.

Mungkin tahun depan, gue bakal lebih sering menulis di sini. Tanpa disebarkan, tanpa dipromoin lewat story, hanya menulis. Gue sadar selama pandemi ini banyak yang gue pendam, karena tak lagi punya tempat untuk berbagi cerita. Jadi yaudah, kenapa gak gue pake aja platform yang pernah membesarkan nama gue ini.

Gue tau, 2020 pasti berat buat kalian. Tapi percayalah, seburuk apapun kondisi kalian, separah apapun kesialan kalian, ingatlah bahwa orang yang kalian lihat saat bercermin, adalah orang yang berhak untuk bahagia.  

Sampai jumpa di 2021!

 

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dibalik Ruang Detensi

Sekolah gue menerapkan sebuah peraturan baru, yang katanya diadaptasi dari film Spider-Man : Homecoming . Peraturan tersebut bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para pelanggar. Jadi di sekolah gue, ada sebuah ruangan baru. Ruangan tersebut diberi nama Detention Room (Ruang Detensi). Jadi semua pelanggar, apapun jenis pelanggarannya, bakal dimasukkan ke ruangan itu selama sehari. Jadi mereka gak bisa bareng temen-temen kelas mereka, dan jam istirahatnya pun dipisah. Mereka akan belajar sendiri di ruangan itu, dan guru hanya memberikan tugas. Awalnya gue gak peduli dengan kebijakan baru ini. Toh gue juga gak pernah melanggar aturan sekolah. Hal itu gue pegang teguh, sampe suatu ketika, temen gue dari kelas lain ada yang salah seragam, dan otomatis dia harus masuk ke ruangan ajaib itu. Karena gue dan dia satu antarjemput, ketika pulang sekolah dia membagikan pengalamannya berada di ruangan detensi. “ Gimana di ruang detensi? ” tanya gue. “ Asyik cuy, banyak temenny...

GURU MAGANG TERSAYANG

GURU MAGANG TERSAYANG SEBAGIAN besar guru-guru senior di sebuah sekolah, identik dengan galak, kasar, suka marah, suka mukul penggaris, suka lempar sepatu, suka lempar kutang (lho?). Intinya, banyak murid-murid sekolahan yang gak suka sama guru senior. Dikit-dikit dimarahin, dikit-dikit dipukul, dikit-dikit dibunuh dihukum. Suasana belajar mengajar pun jadi tidak nyaman. Tapi kenapa guru senior itu masih dipekerjakan di sekolah? Jawabannya sederhana. Guru-guru senior memiliki pengalaman mengajar yang sudah mumpuni, jadi diharapkan guru senior ini bisa meningkatkan hasil belajar murid-murid. Tapi dijaman sekarang ini, sekolah-sekolah sudah memiliki solusi selain memberdayakan guru-guru senior, yaitu dengan memperkerjakan calon guru. Istilah beken nya guru magang. Calon-calon guru ini dipekerjakan agar memiliki jam terbang dalam mengajar. Biasanya guru-guru magang ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa kuliahan yang baru aja lulus. Itu artinya, guru-guru ini usianya gak beda jauh...

Suka Duka Kelas 12

Menjadi siswa kelas 6, 9, dan 12 itu seperti impian sejuta pelajar di Indonesia. Pas SD pengen cepet-cepet kelas 6 biar bisa ikut acara perpisahan ke luar kota. Pas SMP pengen cepet-cepet kelas 9 biar bisa liburan lebih lama. Pas SMA pengen cepet-cepet kelas 12 biar bisa liburan sendiri bareng temen-temen karena udah bisa nyetir mobil secara legal. Banyak orang menginginkan berada pada suatu tingkat tertentu, tetapi mereka gak tau bahwa beban yang harus dipikul sangatlah berat demi berada pada tingkatan tersebut. Setelah UNBK tingkat SMA selesai beberapa waktu lalu, beberapa adik kelas yang gue kenal bilang ke gue, “ Enak ya kak, udah bebas. Liburnya juga lama banget. Jadi pengen cepet-cepet kelas 12 juga deh. ” Ya, kalo dipikir-pikir, bener juga sih. Kita libur mulai dari April-Juli. Bahkan ada beberapa kampus yang memulai kegiatan kuliah di bulan Agustus. Tapi, mari kita jabarkan satu per satu, hal-hal yang harus dilakukan ketika kamu berada di kelas 12. Yang pertama ...