Akhir Januari tinggal menghitung hari. Awal tahun yang dinanti, harapan baru yang bersemi, seakan pudar tergilas tragedi. Pandemi yang tak kunjung berhenti, hingga bencana alam yang menimpa negeri ini.
Gue gak tau lagi harus berkata apa. Semoga selanjutnya bumi
tidak lagi banyak bercanda, dan kita semua tetap baik-baik saja.
Tidak banyak perubahan yang terjadi dalam hidup gue di
bulan ini. Malah gue merasa termakan omongan sendiri. Awalnya berniat lebih
rutin menulis di sini, tapi membangkitkan semangat untuk menulis seperti di
tahun 2015 ternyata sulitnya setengah mati. Karena tujuan gue menulis udah
semakin gak jelas, akhirnya gue memutuskan setidaknya ada satu tulisan setiap
bulan. Syukur-syukur kalo bisa lebih, hehe.
Isinya bisa dibilang seperti rekap apa aja yang terjadi
selama sebulan. Termasuk juga perasaan, uneg-uneg, atau pengen nulis aja demi
menjaga kewarasan. Karena gue gak punya tempat lagi untuk berbagi cerita,
sepertinya di sini cukup menyenangkan.
Sejak gue bekerja jadi staff majalah dua mingguan di
kampus, gue jadi mendapatkan banyak panggilan baru. Ada yang normal memanggil
gue dengan sebutan “Kak”, ada yang parah dengan memanggil gue dengan sebutan “Mas”.
Yang paling ngeselin, gue dipanggil “Bapak”.
Buat yang belum paham, jadi tugas gue adalah menulis
rubrik prestasi. Isinya menceritakan tentang mahasiswa-mahasiswa yang menang
lomba. Nah, untuk janjian wawancara secara daring biasanya gue mengontak mereka
melalui WA.
“Besok siang saya bisa Pak,” adalah balasan dari salah
satu mahasiswa yang membuat gue geleng-geleng kepala. Padahal profil WA gue
udah kelihatan jelas bahwa gue gak setua itu. Tapi kenapa masih aja dipanggil
bapak...
Gue jadi merasa bersalah ketika akhirnya wawancara dengan
mereka, karena saat memperkenalkan diri mereka langsung tertawa ngakak, baru
abis itu minta maaf. Hidup gue emang ga pernah lepas dari komedi.
Trus gak nyangka juga bentar lagi udah memasuki kuliah
semester enam. Dan semua harus dijalani dari rumah. Gue sih masih berharap bisa
balik lagi ke kampus, karena semester enam adalah saat terakhir menjalani
perkuliahan normal. Normal dalam artian lo cuma ikut kelas-kelas, ngerjain
tugas dan ujian. Semester tujuh gue harus magang dan semester delapan skripsi.
Jelas suasana belajarnya akan jadi berbeda.
Gue juga lagi-lagi termakan kata-kata sendiri. Dulu
sempat bilang bahwa gue gak akan ambil kepanitiaan atau organisasi lagi, eh
sekarang nambah satu. Tapi motivasinya bukan poin ataupun relasi sih, lebih
kepada seru aja karena ini divisi yang gak pernah gue jalani sebelumnya. Doain
aja semoga lancar sampe akhir.
Lalu gue juga masih bimbang apakah melanjutkan pelayanan
menjadi kakak bimbing di ospek kampus. Karena tawaran kembali datang, tapi gue
masih gak yakin. Jujur, karena kelamaan di rumah aja, gue sekarang sangat
mendambakan acara yang bisa nginep. Andai kata ospek kampus dilaksanakan
seperti biasanya, gue bakal dengan senang hati ikut karena pasti ada campnya
(intinya semua yang terlibat pergi ke luar kota, bonding bareng, nginep bareng,
seru-seruan lah pokoknya).
Tapi melihat perkembangan pandemi di negeri ini,
sepertinya ospek bakal berjalan secara daring. Dan jujur, itu agak boring.
Emang ada beberapa hal seru yang gak bisa di dapatkan kalo dilaksanakan
offline, tapi tetap aja gue merindukan sesuatu yang berjalan seperti
seharusnya.
Bulan Januari juga merupakan ulang tahun dari Blog ini,
gak nyangka udah enam tahun sejak pertama kali nulis. Gak berharap apa-apa dari
blog ini, mungkin bakal gue jadiin diary online aja. Semoga yang baca bisa
mendapatkan sesuatu, kalo nggak ya mohon maaf. Selamat ulang tahun, untuk bocah
SMP sering galau yang akhirnya nulis blog enam tahun yang lalu. Tanpa itu, gue
ga bakal bisa seperti sekarang.
Sebagai awal tahun yang digadang-gadang akan membawa
harapan dan semangat baru, tapi kenapa kenyataannya masih kelabu?
Komentar
Posting Komentar