Langsung ke konten utama

Menanti Pelangi

 Bulan ini gue mulai kuliah lagi. Dan seperti pada semester-semester sebelumnya, drama-drama perkuliahan mulai datang kembali. Mulai dari drama memilih anggota kelompok, hingga si anak pasif yang selalu jadi beban kelompok. Kalo dulu sebelum pandemi, biasanya gue gak perlu khawatir. Karena gue pasti dapat kelompok, meskipun bukan yang terbaik, tapi setidaknya tidak menyusahkan. Tapi karena pandemi, ceritanya jadi berbeda.

Saat semester 4 (tahun lalu), gue mendapatkan kelompok yang cukup gak enak. Gue bukannya sombong apa gimana, tapi kalo gue disuruh kerja maka gue akan kerja. Beda dengan orang-orang yang pasifnya minta ampun, kerjaan nongkrong doang, dan selalu nyusahin kelompok kalo ada projek kuliah. Gue juga gak mau kualat, bisa jadi mereka yang pasif ini udah punya bisnis atau apalah itu, karena gue sendiri belum punya penghasilan.

Tapi kali ini, di semester 6, gue terhindar dari masalah itu. Semua berawal pada minggu pertama kuliah, dimana para dosen menyuruh kita untuk membentuk kelompok. Kalo dulu, mahasiswa akan langsung bergerombol dan mencari kelompok paling ideal. Kali ini juga sama, tapi melalui chat.

Gue awalnya deg-degan, masa iya gue dapet mahasiswa beban lagi. Lalu, chat demi chat mulai masuk. Tanpa ba bi bu lagi, gue mengiyakan ajakan yang chatnya paling pertama masuk. First time first serve. Adil bukan?

Lalu, seperti keresahan gue sebelumnya, semester 6 di jurusan gue ini hampir seluruhnya adalah praktek. Ada praktek bikin film, bikin skenario, jadi presenter, jadi konten kreator. Akan sangat merugikan jika hanya belajar dari rumah. Emang masih bisa dilakukan sih, tapi sebagai mahasiswa tentu gue ingin belajar terjun ke lapangan juga.

Ada wacana setelah UTS (sekitar April) bakal kuliah tatap muka lagi. Tapi, belajar dari pengalaman, gue gak mau terlalu berharap. Nanti kalo gak sesuai ekspektasi, jatuhnya bakal patah hati.

Lalu di bulan ini juga, gue mulai sibuk panitia. Gue gabung kepanitiaan lagi karena ini emang divisi yang belum pernah gue ambil sebelumnya. Mengurusi puluhan tata aturan emang bikin pusing, tapi lumayan menyenangkan sejauh ini.

Terakhir, entah kenapa hingga bulan ini hampir berakhir, gue masih jatuh cinta sama serial drama China “A Love So Beautiful”. Bahkan gue sampe bikin tulisan di blog, kalo kalian mau baca bisa klik di sini.

Padahal drama itu sama aja kayak drama percintaan pada umumnya. Mungkin karena gue ngefans aktor-aktrisnya kali ya, tapi gak pernah selama ini juga.

Bulan ini segini dulu yak, gak kerasa 2021 tinggal 10 bulan lagi. Tiap hari juga rasanya gitu-gitu aja. Jika masa-masa wadidaw ini diibaratkan sebagai hujan badai, maka gue bisa dengan yakin bilang kalo gue masih percaya dan menantikan pelangi.   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dibalik Ruang Detensi

Sekolah gue menerapkan sebuah peraturan baru, yang katanya diadaptasi dari film Spider-Man : Homecoming . Peraturan tersebut bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para pelanggar. Jadi di sekolah gue, ada sebuah ruangan baru. Ruangan tersebut diberi nama Detention Room (Ruang Detensi). Jadi semua pelanggar, apapun jenis pelanggarannya, bakal dimasukkan ke ruangan itu selama sehari. Jadi mereka gak bisa bareng temen-temen kelas mereka, dan jam istirahatnya pun dipisah. Mereka akan belajar sendiri di ruangan itu, dan guru hanya memberikan tugas. Awalnya gue gak peduli dengan kebijakan baru ini. Toh gue juga gak pernah melanggar aturan sekolah. Hal itu gue pegang teguh, sampe suatu ketika, temen gue dari kelas lain ada yang salah seragam, dan otomatis dia harus masuk ke ruangan ajaib itu. Karena gue dan dia satu antarjemput, ketika pulang sekolah dia membagikan pengalamannya berada di ruangan detensi. “ Gimana di ruang detensi? ” tanya gue. “ Asyik cuy, banyak temenny...

GURU MAGANG TERSAYANG

GURU MAGANG TERSAYANG SEBAGIAN besar guru-guru senior di sebuah sekolah, identik dengan galak, kasar, suka marah, suka mukul penggaris, suka lempar sepatu, suka lempar kutang (lho?). Intinya, banyak murid-murid sekolahan yang gak suka sama guru senior. Dikit-dikit dimarahin, dikit-dikit dipukul, dikit-dikit dibunuh dihukum. Suasana belajar mengajar pun jadi tidak nyaman. Tapi kenapa guru senior itu masih dipekerjakan di sekolah? Jawabannya sederhana. Guru-guru senior memiliki pengalaman mengajar yang sudah mumpuni, jadi diharapkan guru senior ini bisa meningkatkan hasil belajar murid-murid. Tapi dijaman sekarang ini, sekolah-sekolah sudah memiliki solusi selain memberdayakan guru-guru senior, yaitu dengan memperkerjakan calon guru. Istilah beken nya guru magang. Calon-calon guru ini dipekerjakan agar memiliki jam terbang dalam mengajar. Biasanya guru-guru magang ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa kuliahan yang baru aja lulus. Itu artinya, guru-guru ini usianya gak beda jauh...

Suka Duka Kelas 12

Menjadi siswa kelas 6, 9, dan 12 itu seperti impian sejuta pelajar di Indonesia. Pas SD pengen cepet-cepet kelas 6 biar bisa ikut acara perpisahan ke luar kota. Pas SMP pengen cepet-cepet kelas 9 biar bisa liburan lebih lama. Pas SMA pengen cepet-cepet kelas 12 biar bisa liburan sendiri bareng temen-temen karena udah bisa nyetir mobil secara legal. Banyak orang menginginkan berada pada suatu tingkat tertentu, tetapi mereka gak tau bahwa beban yang harus dipikul sangatlah berat demi berada pada tingkatan tersebut. Setelah UNBK tingkat SMA selesai beberapa waktu lalu, beberapa adik kelas yang gue kenal bilang ke gue, “ Enak ya kak, udah bebas. Liburnya juga lama banget. Jadi pengen cepet-cepet kelas 12 juga deh. ” Ya, kalo dipikir-pikir, bener juga sih. Kita libur mulai dari April-Juli. Bahkan ada beberapa kampus yang memulai kegiatan kuliah di bulan Agustus. Tapi, mari kita jabarkan satu per satu, hal-hal yang harus dilakukan ketika kamu berada di kelas 12. Yang pertama ...