Langsung ke konten utama

Rapot Itu Serem

 Hari yang paling serem bagi semua pelajar adalah saat pembagian rapot. Peristiwa ini sangat dihindari karena dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Banyak dari mereka menjadi korban amukan orang tua karena hasil belajar yang kurang memuaskan. Dan yang paling nyebelin, terkadang para orang tua suka membanding-bandingkan kita dengan teman kita yang pinter dan nilainya bagus.

Dan gue sendiri, merupakan salah satu dari sekian banyak korban dari peristiwa maut ini. Apalagi nyokap gue terkenal cerewet dan selalu memberikan komentar yang tajam dan menyakitkan. Menjelang hari penerimaan rapot tiba, gue menjadi gelisah. Gue panik. Gue bingung. Gue mondar-mandir gak jelas. Kepala gue pusing. Perut gue sakit. Ternyata gue belom makan daritadi.

Tiba-tiba ada pesan dari temen gue lewat sosial media.

Temen : Bro, gue takut rapot gue jelek nihGue : Santai aja, jangan pesimis dulu

Keesokan harinya, gue sengaja bangun siang. Karena biasanya, nyokap ngajak gue buat ngambil rapot. Karena gue takut diomelin didepan umum, gue sengaja begadang malemnya, supaya gue bisa tetep tidur di pagi hari.

Gue terbangun ketika asisten rumah tangga gue mengetok pintu kamar. Dengan mata masih merem melek, gue bangun dan berjalan keluar. Gue lihat ke arah teras. Motor nyokap gue udah gak ada. Yeah, berarti dia udah berangkat. Berangkat untuk mengambil buku kematian gue.

Menunggu kedatangan nyokap membawa rapot sangatlah menegangkan. Setiap detik terasa berat banget buat gue. Setiap kegiatan yang gue lakukan selalu berada dibawah bayang-bayang amukan nyokap. Dan gue baru inget, nyokap hari ini lagi PMS. Bisa-bisa amukan dia bertambah dua kali lipat. Mampus dah gue.

Gue jadi bertambah panik. Mau tidur lagi gak bisa. Mau kabur? Ntar jadi dimarahin tiga kali lipat. Mau sembunyi? Dimana? Rumah gue aja sempit. Gue pun mencoba menenangkan diri, dan memakan sarapan yang telah disiapkan.

Sekitar pukul setengah sebelas siang, nyokap datang. Jatung gue berdegup kencang. Mata gue melotot. Badan gue gak bisa gerak. Tapi tenang aja, gue gak kena stroke kok. Gue Cuma panik dan takut aja. Nyokap pun masuk ke rumah dan membawa sebuah buku mematikan sepanjang peradaban anak sekolah.

Gabriel, sini nak’ nyokap mulai manggil

Iya ma bentar, lagi di toilet nih’ ucap gue yang daritadi sembunyi di toilet

Gue melihat wajah gue yang dipantulkan lewat kaca. Gue berkata dalam hati, ‘Lo pasti bisa.. pasti bisa bertahan dengan amukan nyokap’. Setelah merapikan rambut (gue juga gak tau kenapa gue ngerapiin rambut), gue pun menghampiri nyokap.

Dan semuanya itu terulang kembali. Nyokap mulai nyerocos dan ngomel-ngomel dengan hasil belajar gue. Gue gak fokus lah, gue males belajar lah, gue gak serius lah, gue gak teliti, gue jomblo, gue gagal move on dan omelan-omelan lainnya mengalir begitu deras dan tajam.

Gue hanya bisa mendengarkan itu semua, dengan kepala tertunduk. Gue takut ngeliat nyokap, karena bisa-bisa gue kena jurus amukan wanita PMS. Belom lagi katanya nilai gue kurang memuaskan. Disini gue mulai jadi bingung.

Padahal sewaktu gue sekolah, nilai gue baik-baik aja. Kenapa bisa kurang memuaskan? Apa nyokap gue udah mulai koleng dan mewajibkan gue dapet nilai 100 semua? Impossible banget hal itu bisa terjadi. Ini pasti gara-gara nyokap gue ngobrol sama nyokapnya temen gue yang notabene anak pintar. Dan seperti nyokap-nyokap pada umumnya, pasti mereka membandingkan hasil belajar anaknya masing-masing.

Dan sekarang, gue mau meluruskan satu hal. Ini ditujukan bagi para ibu-ibu yang suka membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain. Gue harap salah satu dari mereka, ataupun semuanya membaca ini. Tolong deh, jangan pernah menyakiti perasaan anak sendiri dengan membanding-bandingkannya dengan anak orang lain.

Kalian adalah sebuah keluarga, bukan sebuah perusahaan mobil yang selalu membanding-bandingkan kualitas mobilnya masing-masing. Kalian bikin anak bukan untuk persaingan ataupun gengsi semata. Ingat! Anak juga manusia. Anak juga punya hati.

Gue tau kalian  yang membiayai hidup mereka. Tapi itu bukan berarti kalian harus memaksakan apa yang kalian mau. Dan juga jangan pernah bilang ‘Jaman mama dulu, mama gak pernah ada yang namanya remidi’. Haloo, ibu-ibu kudet, ini bentar lagi udah 2016 dan kalian masih menganggap jaman sekarang masih sama dengan jaman jadul kalian?

Tapi gue juga mengakui, anak-anak jaman sekarang emang pada males. Gue sendiri pun juga males. Dan kita semua juga sering banget kalo belajar pake sistem kebut semalam. Mungkin waktu kita habis buat chatting, dating, gaming, dan lain-lain. Tapi perlu kalian ketahui, banyak banget ibu-ibu yang menyuruh anaknya melakukan pekerjaan rumah lain, sehingga gak sempet belajar. Tugas gak kelar.

Jadi, tolong mengertilah wahai ibu-ibu. Bukannya gue ngelawan nyokap gue sendiri, karena gue tau, surga ada ditelapak kaki ibu. Tapi coba pikirkan dan bayangkan, di jaman yang penuh persaingan ini, sangat sulit untuk mendapatkan nilai bagus. Dan sebenernya, nilai-nilai ini nantinya gak berguna di kehidupan kita dewasa kelak.

Misalnya aja pelajaran aljabar. Walaupun nilai kita 100 di pelajaran aljabar, kan gak mungkin, gue menerapkan ‘Joko membeli lima siomay dan enam batagor dengan harga 10.000, Budi membeli tujuh siomay dan tiga batagor dengan harga 11.000. berapakah harga satu siomay?’ Itu kan ribet banget. Lagian kalo mau beli siomay kan tinggal bilang aja ‘Beli siomay bang, 10 ribuan dibungkus’

Dan satu lagi. Ibu-ibu adalah perempuan, dan gue tau persis, perempuan itu suka banget nyombongin sesuatu. Punya pacar baru di pamerin, punya tas dan perhiasan baru dipamerin, anaknya juara kelas di pamerin. Punya selingkuhan dipamerin (lho?).

Ada juga orang tua yang bilang ‘Aku udah capek cari uang buat bayar uang sekolahmu, trus kamu kerjanya main-main aja?’ Mungkin mereka gak tau, berjam-jam anak-anaknya ada disekolah. Belom lagi harus les, bantuin cuci piring, cuci baju, celana dalam, bra dan lain-lain. Dan mungkin masih ada tugas sekolah yang harus dikerjain. Trus istirahatnya kapan?

Jadi gue mohon dengan sangat, jangan pernah memarahi anak anda hanya karena nilainya jelek. Siapa tau, dua puluh tahun kemudian, anak anda jadi orang sukses yang dulunya sering anda maki-maki karena nilai akademik yang jelek.

Trus buat kalian anak-anak pintar, jangan pernah sekalipun memamerkan nilai kalian. Kalian mungkin gak pernah tau gimana sakit dan malunya dimarahin orang tua gara-gara nilai. Cobalah untuk membantu teman kalian, siapa tau puluhan tahun kemudian, kalian lah yang dibantu mereka.

Terakhir, buat temen-temen gue yang sering disakiti karena masalah ini, tenang aja. Kita semua juga merasakan hal yang sama. Yang terpenting adalah, kita belajar dengan giat, jangan pedulikan omelan-omelan tajam dari orang tua, karena omelan tersebut dapat membuat kita semakin hebat dikemudian hari.

Komentar

  1. Hai tulisanmu bagus, keep it up ya! Mampir jg ke blogku www.gueeabeehh.blogspot.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih, tulisanmu juga bagus kok. selamat natal dan tahun baru btw

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dibalik Ruang Detensi

Sekolah gue menerapkan sebuah peraturan baru, yang katanya diadaptasi dari film Spider-Man : Homecoming . Peraturan tersebut bertujuan untuk memberikan efek jera kepada para pelanggar. Jadi di sekolah gue, ada sebuah ruangan baru. Ruangan tersebut diberi nama Detention Room (Ruang Detensi). Jadi semua pelanggar, apapun jenis pelanggarannya, bakal dimasukkan ke ruangan itu selama sehari. Jadi mereka gak bisa bareng temen-temen kelas mereka, dan jam istirahatnya pun dipisah. Mereka akan belajar sendiri di ruangan itu, dan guru hanya memberikan tugas. Awalnya gue gak peduli dengan kebijakan baru ini. Toh gue juga gak pernah melanggar aturan sekolah. Hal itu gue pegang teguh, sampe suatu ketika, temen gue dari kelas lain ada yang salah seragam, dan otomatis dia harus masuk ke ruangan ajaib itu. Karena gue dan dia satu antarjemput, ketika pulang sekolah dia membagikan pengalamannya berada di ruangan detensi. “ Gimana di ruang detensi? ” tanya gue. “ Asyik cuy, banyak temenny...

GURU MAGANG TERSAYANG

GURU MAGANG TERSAYANG SEBAGIAN besar guru-guru senior di sebuah sekolah, identik dengan galak, kasar, suka marah, suka mukul penggaris, suka lempar sepatu, suka lempar kutang (lho?). Intinya, banyak murid-murid sekolahan yang gak suka sama guru senior. Dikit-dikit dimarahin, dikit-dikit dipukul, dikit-dikit dibunuh dihukum. Suasana belajar mengajar pun jadi tidak nyaman. Tapi kenapa guru senior itu masih dipekerjakan di sekolah? Jawabannya sederhana. Guru-guru senior memiliki pengalaman mengajar yang sudah mumpuni, jadi diharapkan guru senior ini bisa meningkatkan hasil belajar murid-murid. Tapi dijaman sekarang ini, sekolah-sekolah sudah memiliki solusi selain memberdayakan guru-guru senior, yaitu dengan memperkerjakan calon guru. Istilah beken nya guru magang. Calon-calon guru ini dipekerjakan agar memiliki jam terbang dalam mengajar. Biasanya guru-guru magang ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa kuliahan yang baru aja lulus. Itu artinya, guru-guru ini usianya gak beda jauh...

Suka Duka Kelas 12

Menjadi siswa kelas 6, 9, dan 12 itu seperti impian sejuta pelajar di Indonesia. Pas SD pengen cepet-cepet kelas 6 biar bisa ikut acara perpisahan ke luar kota. Pas SMP pengen cepet-cepet kelas 9 biar bisa liburan lebih lama. Pas SMA pengen cepet-cepet kelas 12 biar bisa liburan sendiri bareng temen-temen karena udah bisa nyetir mobil secara legal. Banyak orang menginginkan berada pada suatu tingkat tertentu, tetapi mereka gak tau bahwa beban yang harus dipikul sangatlah berat demi berada pada tingkatan tersebut. Setelah UNBK tingkat SMA selesai beberapa waktu lalu, beberapa adik kelas yang gue kenal bilang ke gue, “ Enak ya kak, udah bebas. Liburnya juga lama banget. Jadi pengen cepet-cepet kelas 12 juga deh. ” Ya, kalo dipikir-pikir, bener juga sih. Kita libur mulai dari April-Juli. Bahkan ada beberapa kampus yang memulai kegiatan kuliah di bulan Agustus. Tapi, mari kita jabarkan satu per satu, hal-hal yang harus dilakukan ketika kamu berada di kelas 12. Yang pertama ...