Sesuai kesepakatan, gue bakalan dikenalin sama salah satu
cewek, tapi gue harus menghadiri sebuah pertemuan Remaja Katolik. Gue yang
belom pernah kenalan secara terencana
ini, mengiyakan ajakan tersebut. Apalagi setelah pertemuan, bakal ada acara makan-makan. Hal ini semakin membuat
gue bersemangat.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sepulang sekolah, gue
bergegas mandi, mengganti baju gue dengan baju yang layak, niatnya biar
keliatan ganteng, tapi tetep aja gak ngaruh. Gue nyisir rambut berkali-kali,
berharap rambut gue bisa tampak keren di mata orang lain, walaupun hasilnya
sama aja jeleknya.
Setelah sampai di tempat, gue membantu Putra, temen gue
yang bakalan ngenalin gue ke salah satu cewek, buat mempersiapkan makanan. Acaranya
bersifat bakar-bakaran, atau lebih sering disebut barbeque. Gue membantu angkat-angkat barang yang banyak banget. Setelah
semuanya siap, gue dan anak-anak yang lain, masuk ke dalam. Acara dimulai.
Sistemnya seperti biasa, ada sambutan dari pembina
mereka, dan secara gak terduga, gue disambut sebagai tamu spesial. Jadi sebenernya, pertemuan rekatnya Putra itu beda wilayah
sama rekat gue sendiri, tapi karena gue diundang sama Putra, dan dia juga
merupakan ketua rekatnya, gue pun memutuskan untuk datang.
Ketika perkenalan, semua mata tertuju pada gue. Kenapa? Itu
karena di liga rekat dua bulan yang lalu, gue mencetak banyak gol ke gawang
wilayah mereka, wilayah Petrus. Dan hari itu adalah perayaan kemenangan tim
bulu tangkis dan basket wilayah mereka. Jadinya, mereka merasa risih karena ada
musuh yang ikutan acara mereka. Gue sendiri juga ikutan merinding.
Tapi karena Putra udah mau membantu gue kenalan sama
salah satu cewek, mau gak mau gue harus dateng. Gue jadi merasa bersalah juga. Gue
yang membuat mereka kalah, eh malah ikut-ikutan makan. Agak gak tau diri
memang. Setelah itu, kita membahas Alkitab seperti biasanya. Lalu dilanjutkan
dengan sharing.
Ada yang menarik ketika sharing berlangsung. Pembinanya memanggil salah satu cewek, namanya
Caca, dia menyuruh Caca maju ke depan dan duduk di kursi yang udah disediakan. Lalu
dia bercerita begini
'Ada seorang cowok,
bernama Aldi. Dia suka sama Caca, dan hanya ingin hidup bersama Caca. Aldi ini
gak mau bertemu sama ibu dan keluarganya Caca. Intinya, dia hanya ingin hidup
bersama Caca’
Lalu pembina itu berpura-pura menjadi Aldi dan menembak
Caca dengan kata-kata diatas. Lalu pembina itu bercerita lagi
‘Lalu ada cowok
lain, bernama Aldo. Dia juga suka sama Caca. Tetapi dia menghargai keluarganya
Caca, menghargai Ibunya Caca. Dia ingin hidup bersama Caca, tetapi juga ingin
bersama keluarganya Caca’
Pembina itu memanggil Aldo, dan menyuruh dia
mempraktekkan hal yang sama, tetapi dengan kata-kata yang berbeda.
‘Nah sekarang Caca,
kamu pilih yang mana? Aldi atau Aldo?’
Caca terlihat diam sebentar. Lalu dengan satu tarikan
napas, dia bilang ‘Aku pilih Aldo’. Sontak
anak-anak yang lain berteriak ‘Cie ciee’.
Dan suatu kebetulan, si Aldo dan Caca ini udah berpacaran.
Dan lebih ironisnya lagi, Caca adalah mantannya si Putra. Gila ya, gue baru
kali ini melihat, sebuah acara rohani yang membuat hati seseorang menjadi
panas. Gue yakin Putra ngerasa risih melihat adegan tadi. Siapa sih yang
hatinya gak jadi panas, kalo ada orang yang dulunya kalian sayangi, lalu
sekarang dia mesra-mesraan di depan kalian? Apalagi itu didepan orang-orang
banyak.
Lalu pembinanya mengambil kesimpulan, bahwa kita tidak boleh egois. Kalo kita cinta sama
seseorang, kita juga harus mencintai keluarganya. Karena keluarga sangatlah
penting dalam hidup kita.
‘Putra, lo gakpapa
kan?’ tanya gue
‘Gakpapa apanya?’
tanya dia
‘Itu mantan lo kan?’
‘Iya, trus?’
‘Ya lo gak ngerasa
panas gitu?’ tanya gue lagi
‘Ya gak lah, gue
udah move on kali’ jawab Putra dengan yakin
Setelah itu, acara makan-makan dimulai. Yang lain
bergegas keluar ke teras, karena acara
barbequenya ada disana. Sedangkan gue dan Putra bersiap untuk sesi perkenalan. Ya, niat awal gue
kesini emang pengen kenalan. Cewek tersebut gue ketahui bernama Carollin, dia
anak kelas 11 Ipa, dan sekolah di salah satu SMA Favorit di Surabaya.
Kok kelas 11? Kok gue pengen kenalan sama kakak kelas? Walaupun
gue masih kelas 10, tapi umur gue lebih tua satu tahun. Jadi anggep aja setara
sama kelas 11. Dan gue pengen banget kenalan karena Carollin ini imut banget.
‘Lo udah siap?’
tanya Putra
‘Udah’ jawab
gue
‘Oke, tunggu bentar’
Putra menghampiri kak Carollin, dan mengatakan bahwa ada
temennya dia yang mau kenalan. Lalu kak Carollin dan Putra berjalan menghampiri
gue. Ketika kami benar-benar berpapasan, gue dan dia saling berjabat tangan
‘Patrick’ ucap
gue
‘Carollin’
jawab dia dengan senyuman manis
Seketika itu juga, jantung gue berdegup kencang. Baru kali
ini gue ngerasakan sensasinya kenalan sama cewek seimut dia. Dan menurut gue,
Carollin itu tipe cewek yang imutnya bener-bener imut. Karena muka dia di foto
sama aslinya sama. Gak kayak cewek-cewek aneh yang mukanya di foto cakep, tapi aslinya
beda jauh.
Ketika gue sedang meniup-niup sosis bakar yang masih
panas, gue ngeliat Carollin lagi makan ayam bakar dengan anggun sekali. Gue bengong
terus, sampe akhirnya Putra nyamperin gue. ‘Gimana
kenalannya tadi?’ tanya dia
‘Ya keren banget,
thanks udah mau bantuin gue’ jawab gue
‘Nah sekarang coba
lo deketin dia deh’
‘Hah deketin
gimana?’ tanya gue
‘Ya ajak ngobrol
kek’
‘Gimana mau
ngobrol, dia bareng temennya mulu’
‘Lho bukannya lo
kenal sama temennya itu? Dia kan adek kelas lo waktu SMP dulu?’
‘Iya dia adek kelas
gue, tapi gue gak kenal sama dia’
‘Kalo gitu mah, lo Cuma
bisa sebatas kenalan doang. Kapan dapetnya cuy’ ucap Putra
Gue bukannya gak mau ngajak dia ngobrol. Tapi gue ngerasa
terlalu egois, sampe-sampe gue gabung ke Rekat wilayah ini Cuma buat kenalan
sama dia. Jadi gue memutuskan untuk menghabiskan malam ini dengan ngeliatin dia
dari jauh. Mungkin kalo kayak gini terus, nasib gue ujung-ujungnya ya Cuma jatuh
cinta diam-diam. Tapi ada yang berbeda malam itu.
Setidaknya gue dan dia udah berkenalan.
Komentar
Posting Komentar