‘Arghhhhhhhh’
‘Semuanya, ayo dorong
mobilnya’
‘Iyaaaarghhhhhhhh’
‘Lebih kenceng lagi!’
‘Inii udhaa palhingg
kenchenggg, aarrggghhhh’
‘Ah syukurlah,
mobilnya bisa nyala lagi’
‘Huh, mobil yang
menyebalkan’ ucap gue sambil menggerutu.
Ya, malam itu paman gue dateng dari Banjarmasin. Dia datang
bersama istrinya. Anaknya yang merupakan sepupu gue gak ikut, karena ada
program belajar di U.S.A. Paman berniat mentraktir keluarga gue makan diluar.
Tapi sialnya, mobil yang akan kami pakai akinya agak soak. Jadi kita semua
harus mendorong mobilnya.
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa, mobil itu pun menyala
kembali. Semua merasa senang dan lelah, kecuali adek gue yang cowo. Daritadi
kerjaanya teriak-teriak mulu. ‘You are too
ugly to be cheerleader dude’.
Diperjalanan, gue bengong. Ya, untuk sekian lama gue gak keluar malam, akhirnya gue keluar malam
juga. Dengan status masih jomblo pastinya, gue nekat untuk keluar malam, di
malam Sabtu. Setidaknya gue jalan bareng keluarga, jadi gak terlalu ngenes lah.
Pas ngeliat hp, gue jadi teringat sama banci film
Thailand yang gue tonton tadi pagi. Judulnya, First love : Crazy Litle Thing Called Love. Ceritanya bener-bener
menyentuh banget. Di film itu, gue naksir sama aktris utamanya. Namanya Pimchanok Luevisadpaibul (buset nih nama
susah amat). Lahir tanggal 30 September 1992 (22 tahun) di Dusit District, Thailand. Di dalam film itu, Pimchanok masih
berusia 17 tahun. Dia cakep dan manis banget. Astaga, gue lupa kalo dia udah
punya pacar cowo tulen di Thailand.
Film itu menceritakan empat orang sahabat cewe yang baru
saja masuk ke SMP. Salah satu dari mereka bernama Nam ( diperankan sama
Pimchanok). Nam naksir seorang kakak kelas. Namun, Nam tidak mungkin langsung
menyatakan cinta. Hal ini dikarenakan
Shone (cowo yang ditaksir) merupakan anak tertampan disekolah. Sedangkan Nam
mukanya amat sangat pas-pasan.
Dengan bantuan dan dorongan dari ketiga sahabatnya, Nam
mulai me-make over dirinya. Dia
mengikuti banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler disekolah, dengan tujuan Shone
tertarik dengannya. Pada suatu kesempatan, terdapat lowongan pemeran Putri Salju
disekolahnya. Nam berusaha mempercantik diri agar dapat menjadi Putri Salju
dalam drama itu.
Berkat bantuan teman-temannya, Nam berhasil di make up dengan cantik. Namun pemeran
pangerannya, Shone, berkata bahwa Nam tetap biasa saja. Walaupun begitu,
setidaknya Nam dapat berdansa dengan Shone. Nam senang bukan main.
Tapi teman-teman Nam mulai tidak senang dengan Nam. Mereka
merasa bahwa Nam menjadi sombong karena berhasil mendekati Shone. Akhirnya,
takdir memisahkan mereka. Musuh sekaligus sahabat lama Shone, Top, juga
mencintai Nam. Top dan Shone menjadi bermusuhan karena mencintai wanita yang
sama saat kelas 5 SD. Top tidak ingin hal itu terjadi lagi. Shone pun menerima
permintaan Top untuk menjauhi Nam.
Saat kelulusan tiba, secara mengejutkan Nam menembak Shone.
Namun sialnya, Shone sudah berpacaran dengan Pin. Nam pergi dengan menangis.
Karena Nam mendapat peringkat satu dikelasnya, Nam akan pergi menemui ayahnya
di New York. Sedangkan Shone akan pergi ke Bangkok untuk mengejar karirnya
menjadi pesepakbola profesional. Sebelum pergi, Shone meletakkan sebuah album
foto yang isinya foto-foto Nam, di depan rumah Nam.
Sembilan Tahun kemudian, Nam telah berubah menjadi gadis
yang sangat cantik dan terkenal. Dia diundang dalam sebuah talk show di Bangkok. Nam menjadi designer muda yang terkenal di New York. Sang pembawa acara
memberikan Nam sebuah album foto yang pernah diberikan Shone. Nam kaget.
Tiba-tiba Shone datang di acara tersebut. Nam bertanya apakah Shone sudah
menikah. Shone menjawab bahwa dia sedang menunggu seorang gadis dari Amerika.
‘Bang, ayo turun. Udah nyampe nih’
‘Eh, ah, Iya-iya’
Gak kerasa, rombongan udah nyampe ke tempat tujuan. Ya,
Drama Thailand tadi benar-benar membekas dipikiran gue. Karena kisah cinta Nam
gak jauh beda sama gue. Bedanya, gue naksir adek kelas, bukan kakak kelas. Gue
berusaha mati-matian buat jadi keren, walaupun akhirnya gagal. Kalo di film itu
berakhir dengan happy ending, gue
berakhir dengan galau ending.
Walaupun masih hari Jumat, restoran yang kami tuju rame dan
penuh. Gue terpaksa menunggu di pinggir
pintu masuk, menunggu ada meja yang kosong. Dan gue tiba-tiba merinding. Semua
pengunjung yang datang adalah warga keturunan Cina. Gue berasa masuk ke markas Mafia Cina. Ya walaupun gue Cina, tetep
aja merinding.
Sepuluh menit kemudian, kami semua udah duduk disebuah meja.
Karena makanan tak kunjung datang, gue berniat ke toilet. Toilet di restoran
itu kecil. Jalan masuknya hanya cukup untuk satu orang. Pas nyampe di depan
Toilet, tiba-tiba ada seorang cewe lewat. Kira-kira umurnya sepantaran gue. Dia
memakai kaos berwarna biru, celana jeans ketat dan sepatu.
Satu..dua..tiga..
Buset! Gue jatuh cinta sama tuh cewe hanya dalam tiga detik.
Gue bengong ngeliatin mukanya yang cantik dan manis.
‘Eh, permisi’
‘Eh iya , maaf’
Gue memperhatikan cewe itu berjalan kembali menuju mejanya.
Tampaknya dia datang bersama keluarganya juga. Gue pun masuk ke dalam bilik
merenung. Disana gue bener-bener merenung. Kenapa banyak banget cewe yang gue
suka, tapi selalu gagal ngedapetinnya.
‘Bang, kok lama amat ke Toiletnya’
‘Iya tuh, ngantri tadi’ jawab gue berbohong.
Gue lama tidak kembali ke meja karena asik memperhatikan
cewe tadi. Yah, orang yang tiba-tiba jatuh cinta pasti tiba-tiba jadi aneh. Gue
kembali ke meja saat keluarga cewe itu selesai makan dan pergi. Nah kan, galau ending lagi.
‘Halo..’ ucap gue dengan suara parau
‘Ayo bangun, Paman mau ajak kalian jalan-jalan’
Buset, pagi-pagi udah nelpon.
‘Yaampun paman, ini kan masih jam delapan pagi’
Hal yang paling nyebelin dari Paman gue adalah, dia selalu
mentraktir semua orang yang dikenalnya. Mulai dari keluarga, sahabat, kerabat,
sampe tetangga. Emang sih dia orang kaya, tapi gak gitu juga kali.
Satu jam kemudian, kita semua sudah dalam perjalanan. Setelah
berputar-putar agak lama, akhirnya kita berhenti ke suatu tempat. Tempat itu
merupakan tempat perbelanjaan dengan harga relatif murah. Nah kan, walaupun
kaya, akhirnya Paman gue nyari tempat yang murah juga.
Toko demi toko kami lewati. Ketika sampai di sebuah toko
sepatu, nyokap gue berniat membelikan gue sepatu. Katanya ‘Sepatu kamu kan udah pada jelek-jelek’. Yang jelek itu muka gue
kali, bukan sepatu. Tapi gapapalah, lumayan dapet sepatu baru.
Setelah dari toko sepatu, kita ke toko baju. Sekarang gilran
adek gue yang minta dibelikan baju. Gue sama Paman nungguin di luar toko sambil
ngerokok. Eh, maksud gue yang ngerokok Cuma Paman, gue nya enggak kok.
Tiba-tiba, ada sepasang suami istri mendekati nyokap gue. Si
Istri tersebut senyum ke arah nyokap gue. Pas berpapasan dengan nyokap, dia
bilang ‘Borong yang banyak ya cik’.
Nyokap gue yang lagi ngeliat-liat baju, sontak membalasnya ‘Iya cik’.
Nyokap gue hening sebentar. ‘Lho? Itu tadi siapa ma?’ tanya gue
‘Enggak tau juga, ini
mama lagi mikir dia itu siapa’
‘Lha kok disahutin
tadi’
‘Ya masa ada orang
nyapa gak disahutin’
Nyokap gue memang aneh. Dia membalas sapaan orang yang dia
sendiri gak tau itu siapa. Melihat kejadian itu, sontak orang-orang disekitar
tertawa. Ah, malu gue. Setelah kejadian memalukan itu, kita melanjutkan
perjalanan.
Rombongan gue melewati toko DVD bajakan. Paman gue yang
berasal dari Banjarmasin, gak tau kalo DVD bajakan itu diperbolehkan di
Surabaya. ‘Pak silahkan pak, filmnya
masih baru-baru lho pak’
‘Wah, ada film apa aja
mbak?’ tanya nyokap gue
‘Eh, jangan dibeli,
itu kan bajakan, nanti bisa kena hukum pidana’ ucap Paman gue
‘Paman, kalo di
Surabaya DVD bajakan diperbolehkan kok, beda sama di Banjarmasin’ ucap gue
sambil memilih-milih kaset. Setelah mendengar ucapan gue, sontak Paman gue
langsung kalang kabut memilih kaset-kaset film. ‘Huh, dasar Paman ini’
Nyokap gue membeli kaset film Survivor. Istrinya Paman membeli serial drama Cina. Adek gue yang
cowo membeli film terbarunya Spongebob.
Adek gue yang cewe membeli serial Aikatsu.
Gue membeli serial Detektif Conan.
Dan yang mengejutkan, Paman gue. Dia membeli DVD serial Naruto. Mulai Naruto the
movie 2, sampe Naruto the movie 7.
Buset, dia kekanak-kanakan banget. Nanti gue juga mau pinjem.
Setelah itu gue diajak jalan-jalan ke banyak tempat. Jujur
gue capek. Tapi ini lebih baik daripada gue menggalau dirumah. Gue juga ngerasa
liburan gue kelamaan. Gue kangen masa-masa sekolah. Apalagi gue bakal sekolah
di tempat yang baru.
Mungkin kalo ini dijadikan film ( mana ada produser yang mau
bikin film sama gue ya? =D), bakal gue kasih judul Full Day : Crazy Little Thing Called Holiday.
Komentar
Posting Komentar