FIKTIF BELAKA
WAKTU gue masih kelas 8 SMP, gue sempet kenal sama temen
baru gue, namanya Adian. Dia termasuk tipe anak yang agak lebay, tapi punya
selera humor yang tinggi. Dia anak dari kolonel angkatan laut yang terkenal.
Paling engga, gue bisa aman dari ancaman-ancaman, karena tinggal minta tolong
bokapnya Adian. Pas lagi istirahat, gue , Erick, Adian, dan temen-temen yang
lain sering banget makan bareng di lantai 4. Konon katanya, di lantai 4 itu
sepi, dan bisa dijadikan markas perkumpulan gak jelas.
Sewaktu lagi makan, kita biasanya ngobrolin macem-macem.
Mulai dari masalah pelajaran, percintaan (karena kita semua pada JOMBLO),
situs-situs gak jelas, 1cak,9gag, dan lain-lain. Kadang kita juga becanda ria,
lempar-lempar lombok biar yang kena kepedesan. Kadang juga kita meminta makanan
dari temen kita, yang kebetulan enak banget. Yang sering jadi korban adalah,
Raynald, anaknya kecil, dan sering bawa kentang goreng bikinan nyokapnya.
SUMPAH, kentang gorengnya enak abis. Karena tubuh Raynald yang kecil, dia tidak
bisa berbuat apa-apa.
Seminggu kemudian, Adian membawa kabar mengejutkan. Dia
bilang, bahwa dia mau ikut lomba bikin film pendek, tapi yang jadi aktor,
kameramen, editor, sutradara dan lain-lainnya adalah kita sendiri.Dia juga
bearmbisi menjadi seorang sutradara ternama. Dan kebetulan, waktu Adian
membicarakan hal itu, gue gak ada di tempat. Pas pulang sekolah, Adian
nyamperin gue.
“Pat, kita mau bikin film, lo mau ikutan gak?”
“Film? Film apaan?” tanya gue
“Tentang Bullying gitu”
“Lo bikin film ini buat apaan?”
“Oh iya, film ini buat lomba Film pendek di SMA deket sini.
Pesertanya anak SMP semua”
“Oh yaudah deh, Gue ikutan. Kapan syuting?”
“Besok abis pulang sekolah ya”
“Oke” jawab gue sambil jalan keluar menuju pintu sekolah.
Berhubung gue diajakin main film, gue langsung
bongkar-bongkar lemari. “Besok gue pake baju apaan yaa?” , kalimat itu
terlintas terus di otak gue. Selagi asik-asik nya milih-milih baju, Adian BBM
gue, katanya “Pat, besok gak usah bawa baju ganti, pake baju sekolah aja”.
KAMPRET, kenapa lo ga bilang daritadi, kalo gini gue kan ga harus bongkar-bongkar
lemari.
Besoknya, gue dateng ke tempat yang telah disepakati, disana
udah ada anak-anak yang lain. Gue mencari-cari Adian, dia gak ada disitu. Dua
menit kemudian, Adian dateng dengan sebungkus batagor di tangan.
“Ad, script nya
mana?” tanya gue.
“eh, script? Gak
ada”
“Lah terus, gue akting kaya gimana?”
“Nanti gue jelasin” jawab Adian sambil makan batagor
“Ada adegan begituan nggak?”
“Ya engga ada lah, emang lo kira ini film dewasa apa? Dasar bego”
Syuting pun dimulai. Disini gue sebagai aktor figuran. HANYA
FIGURAN. Film ini bercerita tentang anak bertubuh kecil yang sering di Bully
disekolah. Dia tetep tabah, dan selalu di dukung temen-temennya. Anak ini
selalu di Bully sama geng gak jelas di sekolahnya. Trus suatu hari, anak ini
mati karena dipukuli sama geng gak jelas itu. Gue sendiri bingung, kenapa Cuma
dipukul dua kali, terus mati. ABSURD abis. Peran gue disini, cuma lewat didepan
anak yang udah mati itu, dan teriak “tolong-tolong” gak jelas.
MALU abis.
Yang jadi pemeran utama di film ini adalah Raynald, yang
sering jadi korban pemerasan kentang goreng. Sedangkan geng yang membully
Raynald terdiri dari Erick,Bryan,S.Mario,dan Ivan. Tampang mereka cocok banget
jadi geng gak jelas, walaupun mereka semua cemen. Yang jadi temen-temen nya
Raynald, diperankan oleh Sheinna,Dominique, dan Edward. Chemistry ketiganya pas banget. Sedangkan teman gue yang jadi
figuran juga kayak gue, diperankan oleh Kevin. Film ini di sutradarai Adian.
Dia cocok banget jadi sutradara, yang sukanya ngatur-ngatur gitu. Yang jadi
kameramennya ada dua orang, Albert dan Andrew. Sedangkan Editor film ini,
ditugaskan kepada Inho. Dia juga ngurusin masalah musik di film dan lain-lain.
Sekarang timbul masalah baru. Akan kita beri judul apa film
ini? . Setelah musyawarah dengan cukup alot, kita semua setuju kalo judul
filmnya NAFAS TERAKHIR. Karena di dalam film ini, ada orang yang menghembuskan
nafas terakhirnya, akibat bullying. Dan film ini terlihat keren dari judulnya,
persis kayak sinetron hidayah-hidayah di tv.
Syuting berlangsung tiga hari, setiap pulang sekolah.
Semuanya senang ketika filmnya udah jadi. Karena peraturannya kalo ngumpulin
film harus dateng ke tempat, maka kita rame-rame dateng kesana. Kita semua
jalan kaki dengan biasa, kecuali Bryan. Dia pake kalung rantai gede, trus baju
dikeluarin, sok-sok keren gitu.
“Bry, ngapain lo kayak gitu?” tanya Adian
“Gue kan aktor sekarang, biar menghayati sebagai gengster”
“Bego banget sih lo, ini kan Cuma ngumpulin film” kata gue
sewot
“Lho? Ini bukan premier film kayak di tv-tv? Jadi ini ga ada
red carpet nya?”
“Gak ada lah”
“Yaahh, percuma dong gue pake ginian. Sia-sia aja”
“Apapunlah Bry”
Setelah Film dikumpulkan, semua film yang dilombakan, di
upload ke youtube, buat nentuin pemenang kategori people choice award. Pemenangnya adalah film yang dapet like
terbanyak. Gara-gara itu, hampir tiap kali istirahat, kita promosiin film kita
ke penjuru sekolah. Kita keliatan seperti om-om yang nawarin dagangan di mangga
dua. Entah kenapa gue bahas mangga dua di Jakarta, padahal gue tinggal di
Surabaya.
Dalam dua hari, film kita udah dapet puluhan like. Awalnya
kita semua seneng, tapi begitu melihat film dari sekolah lain dapet like lebih
banyak, kita mulai khawatir. Sekarang gak cuma temen-temen di sekolah,
guru-guru disekolah juga kita beritahu. Niatnya sih buat nambah like, tapi
masalah besar datang.
Besoknya, kita semua yang terlibat dalam pembuatan film ini
dipanggil ketua yayasan. Ada tiga permasalahan , yang membuat kita dipanggil
ketua yayasan. PERTAMA, kita bikin film ini tanpa seijin kepala sekolah. KEDUA,
film ini dibuat di area sekolah, dan tanpa ijin. KETIGA, kita bikin adegan
orang mati, menggunakan seragam sekolah. Pihak sekolah takut, kalo image
sekolah jatuh, gara-gara ada bullying sampe mati. Padahal kita bersikeras,
bahwa film ini Cuma bohongan. Tapi ketua yayasan bilang
“Harusnya tuh, kamu kasih tulisan “FIKTIF BELAKA””
GEDUBRAK.
Ternyata kita semua terlalu fokus bikin film, sampe lupa
masalah perijinan. Orang tua kami dipanggil ke sekolah. Temen-temen gue sih gak
masalah orang tuanya di panggil ke sekolah. Tapi gue beda dari mereka.
Pas dirumah, gue berniat menceritakan semuanya kepada nyokap,
sambil menyerahkan surat panggilan. Dengan takut-takut gue samperin nyokap
“Ma”
“Ada apa?”
“Besok mama dipanggil kepala sekolah, buat bahas.....”
Belum selesai gue ngomong, nyokap langsung marah-marah
“KAMU BERANTEM YA, KAMU BERANTEM KAN”
“Nggak Ma, aku nggak berantem” jawab gue sambil ketakutan.
“UDAH NGAKU AJA, MANA ADA MALING YANG MAU NGAKU” nyokap gue
mulai ngelantur
“Apa hubungannya sama Maling ma?” tanya gue
“Oh iya ya”
Besoknya, Kepala sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua kita. Setelah pertemuan
selesai, nyokap nyamperin gue.
“Mama bangga sama kamu nak”
“Bangga kenapa Ma?” tanya gue
“Kau kecil-kecil udah bikin film. Itu keren. Tapi kok...”
“Tapi kenapa ma?”
“Tapi kok kamu Cuma figuran?”
JEGERR.
Kalimat “kenapa kamu Cuma figuran” terngiang-ngiang di
telinga gue. Gue bengong dan mikir, “kenapa juga gue mau jadi figuran ya”.
Tiba-tiba suara nyokap membuyarkan lamunan gue
“Hei, Kenapa kau bengong saja? Ya sudah, Mama mau berangkat
kerja sekarang. Kau baik-baik disekolah ya”
“Iya Ma” jawab gue
Pas istirahat, kita semua kumpul di lantai 4. Semuanya
memasang muka gak enak, karena niat untuk terkenal gara-gara bikin film,
berubah menjadi niat PENGEN-MATI-AJA-TAPI-JANGAN-DULU. Adian menenangkan kita
semua, dengan kalimat sok bijak nya.
“Setiap masalah ada jalan keluarnya guys. Jadi tenang aja,
pasti kita bisa menang di lomba film itu”
“Tapi kita kan udah melanggar peraturan dan hampir di
keluarin dari sekolah” jawab gue
“Kenapa gue gak kepikiran buat nambahin tulisan “FIKTIF
BELAKA” ya?” kata Inho yang baru dateng.
“Gimana kalo kita minta saran Guru T.I.K?” gue mencoba nyari
jalan keluar
Besoknya, kita semua nemuin Pak Ervan, guru T.I.K. Setelah menjelaskan masalah kami, Pak Ervan
mengangguk-angguk sebentar.
“Mending kalian edit ulang Film itu, dikasih tulisan “FIKTIF
BELAKA” trus kalian upload sendiri di youtube. Jadi sekolah kita aman dari
image buruk.”
Nasehat maha bijak itu, kita laksanakan dengan baik.
Akhirnya, kita udah berdamai dengan kepala yayasan. Masalah perijinan ini udah
beres. Dan kita semua menunggu hasil pengumuman lomba. Seminggu kemudian, kita
kumpul di SMA yang mengadakan lomba film pendek itu. Sebelum acara dimulai,
kita makan dulu di depot deket situ. Sambil menunggu makanan datang, Erick
membuka percakapan.
“Film kita bakal menang gak ya?”
“Harus menang dong, kita bok pesimis gitu” Jawab Albert
dengan logat yang aneh
“Kans kita buat menang cukup besar, like film kita di
youtube udah 200 lebih, dan Film yang lain, tidak ada yang sampe 150 like.”
Jawab gue sambil minum iced tea.
“Kita makan aja dulu, urusan menang kalah, itu urusan
belakangan”jawab Adian
Setelah makan, kita berkumpul di aula, bersama anak-anak
dari SMP lain, yang ikut lomba juga. Acara dibuka dengan banyak sekali
penampilan, ada drama, band, quiz dan
lain-lain. Sejam kemudian, tibalah acara yang ditunggu-tunggu. Yaitu acara
pengumuman hasil lomba film dan penyerahan hadiah.
Pembawa acara membacakan nominasi people choice award, dan dari tiga nominasi itu, film kita termasuk
salah satunya. Kita semua terdiam dan tertunduk. Jantung gue berdegup kencang.
Adian terlihat tegang. Albert pasang muka gelisah.Raynald komat kamit baca doa.
Bryan bengong ga ngerti apa-apa. Memang, diantara kami, Cuma Bryan yang otaknya
gesrek.
“Dan , pemenang kategori people
choice award, goes to......”
“NAFAS TERAKHIR..., dari SMP ******”
Gue langsung sujud syukur, Adian dan Albert pelukan, Raynald
lompat-lompat kegirangan, Bryan lari ke toilet (ternyata emang kebelet). Wajah
kami yang semula terlihat suram, sekarang berubah menjadi cerah. Kami naik ke
podium dengan bangga, dan memberikan kata sambutan, yang didominasi oleh
kata-kata “terima kasih”
Setelah sesi foto, kami pun pulang masing-masing ke rumah.
Hanya ada satu hal yang terlintas di benak kami semua, “kita menang lomba
film”. Sampe dirumah, gue langsung masuk kamar, lalu bengong. Gue teringat
kata-kata dari seorang motivator di tv, “jika kita hanya menginginkan
kesuksesan tanpa ada masalah, kesuksesan itu hanya akan menjadi fiktif belaka”.
Hal ini persis seperti apa yang gue dan temen-temen gue
alamin. Kita gak bakal bisa menang lomba film pendek itu, kalo kita gak berani
menghadapi masalah dengan kepala yayasan itu. Dan kalo itu nggak terjadi,
mungkin ini semua hanya akan menjadi FIKTIF BELAKA.
Komentar
Posting Komentar